Senin, 11 Juli 2016

Portugal Jadi Juara Euro 2016!


Mesti melakoni sebuah pertandingan final nan dramatis sepanjang 120 menit, Portugal akhirnya memastikan diri menjadi juara Piala Eropa 2016 setelah mengalahkan tuan rumah Prancis 1-0 di Stade de France Saint-Denis pada Minggu malam (10/7) waktu Prancis. Gol tunggal Portugal diciptakan Eder pada menit ke-109 babak perpanjangan waktu. Tim tuan rumah sebenarnya sempat berada di atas angin setelah Portugal kehilangan Cristiano Ronaldo. Sang kapten terpaksa diganti dan bahkan ditandu keluar lapangan pada menit ke-25 karena cedera lutut kiri yang diawali terjangan Dimitri Payet beberapa menit sebelumnya. Ada momentum unik ketika Cristiano dalam posisi duduk pasrah dengan wajah sendu menanti pertolongan, serta-merta seekor serangga serupa kupu-kupu singgah di depan wajah sang bintang nomor tujuh. Barangkali kehadiran si kupu-kupu justru menjadi pertanda bagus bagi Selecao das Quinas. Cederanya CR7 tidak menjadi sia-sia belaka dan justru menjadi pemacu semangat rekan-rekannya. Dipimpin oleh Nani yang menjadi kapten pengganti, tim asuhan Fernando Santos mampu menahan imbang Les Bleus hingga 90 menit berakhir.



Eder yang turun menggantikan Renato Sanches di menit ke-79 akhirnya menjadi pemecah kebuntuan. Sebuah tembakan keras pemain nomor sembilan itu dari luar kotak penalti berhasil membobol gawang Hugo Lloris dan menjadi penentu kemenangan Portugal di final Euro 2016. Eder menjadi pemain pengganti keenam yang mampu mencetak gol pada final Piala Eropa. Lima pemain sebelumnya adalah Oliver Bierhoff (Jerman), Sylvain Wiltord (Prancis), David Trezeguet (Prancis), Juan Mata (Spanyol), dan Fernando Torres (Spanyol). Didier Deschamps pun harus lapang dada karena tidak bisa mengulangi prestasinya sebagai pemain sekaligus kapten tim 16 tahun silam, ketika kini menjadi pelatih Les Bleus. Prancis gagal melanjutkan tradisi menjadi tim tuan rumah yang berjaya (1984 dan 1998) maupun siklus 16 tahun menjadi kampiun Piala Eropa (1984 dan 2000). Ternyata justru mitos hadirnya juara baru setiap 12 tahun berlaku di Prancis, setelah Denmark (1992), Yunani (2004), dan tahun ini giliran Portugal (2016).

 

Kendati hanya bermain 25 menit dan meninggalkan lapangan dengan air mata duka, akhirnya Ronaldo tertawa bahagia kala mengangkat trofi pertama Piala Eropa bagi negaranya. Bintang Real Madrid itu mampu membuktikan dirinya mampu menjadi yang terbaik tidak hanya dalam kompetisi antarklub. Ronaldo sudah selangkah lebih maju ketimbang Lionel Messi, yang Juni lalu justru mengundurkan diri dari timnas Argentina karena mengalami hattrick kalah di final (Piala Dunia 2014, Copa America 2015, dan Copa America Centenario 2016). Ronaldo dan Pepe juga mencatat rekor tersendiri, yaitu menjadi juara Liga Champion dan Piala Eropa pada tahun yang sama. Selamat untuk Portugal!


Minggu, 10 Juli 2016

Satu Nama Pasti Juara Piala Eropa 2016

Portugal dan Prancis akhirnya menjadi dua tim terakhir yang berhak memperebutkan trofi lambang kejayaan sepak bola antarnegara Eropa dalam final Piala Eropa 2016, yang berlangsung di Stade de France Saint-Denis pada Minggu malam (10/7) waktu Prancis. Kedua tim lolos ke partai puncak dengan skor kemenangan identik di semifinal. Jika Portugal menundukkan Wales 2-0 melalui gol Cristiano Ronaldo dan Nani, maka Prancis mengandaskan juara dunia Jerman 2-0 lewat sepasang gol Antoine Griezmann. Para pencetak gol pun memiliki benang merah tersendiri berupa angka. Jika Ronaldo dan Griezmann merupakan pemain nomor 7 (tujuh), maka Nani adalah pemain nomor 17. Lantas ketika Ronaldo dan Nani sama-sama mengoleksi tiga gol hingga semifinal, maka Griezmann telah membuat total enam gol (sama dengan gol Ronaldo dan Nani yang dijumlahkan) sebelum final berlangsung. Peluang Griezmann sebagai pencetak gol terbanyak Euro 2016 sudah di depan mata. Para pemain lain yang masih berpeluang menambah golnya di final baru mengumpulkan tiga gol, yaitu Ronaldo, Nani, Olivier Giroud, dan Dimitri Payet. 



Lolosnya Portugal ke laga pamungkas terbilang mengejutkan. Kendati dikapteni oleh CR7, tapi kualitas tim berseragam merah marun itu secara umum dipandang masih di bawah Prancis, Jerman, Spanyol, Italia, Belgia, atau bahkan Inggris. Tim asuhan Fernando Santos lolos dari Grup F dengan tidak meyakinkan, menduduki peringkat ketiga dari hasil tiga kali imbang melawan Islandia, Austria, dan Hongaria. Menang 1-0 atas Kroasia di 16 besar, mengalahkan Polandia via adu penalti di 8 besar, hingga menyingkirkan Wales 2-0 di semifinal, tetap menempatkan Portugal sebagai tim yang tidak diunggulkan menjadi kampiun. Tapi jika melihat sejarah Piala Eropa, terdapat siklus 12 tahun sekali, gelar juara akan diraih oleh tim yang tidak diperhitungkan. Setelah Denmark menjadi juara Euro 1992, maka 12 tahun kemudian giliran Yunani berjaya di Euro 2004. Denmark yang hadir di turnamen menggantikan Yugoslavia -yang mendapat sanksi internasional karena perang- justru berhasil mengalahkan Jerman Barat, yang merupakan juara Piala Dunia 1990. Sementara itu Yunani membuat Portugal, tim tuan rumah yang bergelimang bintang, takluk di depan publik sendiri. Portugal yang kalah di final Euro 2004 mencoba membalikkan takdirnya dengan mengalahkan tuan rumah Euro 2016, tepat ketika 12 tahun telah berlalu kini. 

Prancis sejak semula menjadi kandidat juara, mengingat statusnya sebagai tuan rumah dan sejarah indah meraih Piala Eropa 1984 dan Piala Dunia 1998 di depan publik sendiri. Tim asuhan Didier Deschamps memiliki materi pemain yang sangat mumpuni di semua sektor, meski sejumlah bintangnya -seperti Karim Benzema dan Raphael Varane- absen. Perjalanan Hugo Lloris dkk hingga partai puncak pun mengundang banyak pujian. Menjadi juara Grup A, Prancis lalu menaklukkan Irlandia 2-1 di 16 perdelapan final, membantai Islandia 5-2 di perempat final, sampai akhirnya membuat Jerman bertekuk lutut di semifinal. Les Bleus merupakan tim terproduktif turnamen dengan 13 gol. Striker utama Prancis, Griezmann, menjadi pemain tertajam di Euro 2016 hingga empat besar. Yang menarik, tim tuan rumah juga memiliki siklus 16 tahun sekali menjadi juara Piala Eropa. Sesudah berjaya di Euro 1984, Prancis meraih gelar juara Euro 2000. Waktu itu Prancis berstatus sebagai juara Piala Dunia 1998 dan dipimpin oleh kapten Didier Deschamps, pelatih Les Bleus saat ini.

Pada Mei silam, Ronaldo dan Pepe telah berjumpa dengan Griezmann di final Liga Champion 2016 di San Siro Milan. Real Madrid yang diperkuat duo Portugal berhasil mengandaskan Atletico Madrid yang diperkuat sang striker Prancis. Ronaldo dan Pepe tentu berharap bisa meraih gelar selanjutnya bersama Portugal, sementara Griezmann tentu tak ingin kalah lagi di partai puncak ketika membela Prancis.

Ada sebuah benang merah yang menghubungkan finalis Euro 2016, yang bisa jadi tidak terlalu diperhatikan orang. Portugal dan Prancis sama-sama mengenakan kostum yang disponsori oleh Nike. Bahkan  motif seragam kedua tim pun identik dan dibedakan warna belaka. Di semifinal, Portugal dan Prancis mengalahkan Wales dan Jerman, yang kebetulan keduanya disponsori oleh Adidas. Tampilnya dua tim berseragam sama di laga pamungkas Piala Eropa 2016 memastikan siapa pun sang jawara, tim tersebut pasti memakai merek Nike. Sejarah baru telah tercipta karena selama ini belum pernah ada tim Nike menjadi kampiun Piala Eropa dan dominasi Adidas di Eropa pun sementara terhenti di Prancis. Dalam lima kejuaraan terakhir, tim Adidas senantiasa berjaya. Mereka adalah Jerman (1996), Prancis (2000), Yunani (2004), dan Spanyol (2008 dan 2012). Bahkan sebelum trofi digenggam Denmark (1992), setidaknya Belanda (1988), Prancis (1984), dan Jerman Barat (1980 dan 1972) pun berseragam Adidas. Kemenangan Portugal atau Prancis di final Euro 2016 akan melengkapi keberhasilan tim Nike lainnya -Chile- yang Juni lalu menjuarai Copa America Centenario 2016 di Amerika Serikat. Chile sejak awal 2016 disponsori oleh Nike, sementara sebelumnya disponsori oleh Puma.


Kamis, 07 Juli 2016

Juara Dunia Menantang Tuan Rumah Euro 2016

Satu tiket partai puncak Piala Eropa 2016 masih akan diperebutkan Jerman dan Prancis pada Kamis malam (7/7) waktu Prancis. Pertemuan kedua tim barangkali layak disebut sebagai final kepagian pula, jika mengingat reputasi yang mereka miliki saat ini. Sebelumnya terdapat pertandingan Italia versus Spanyol di perdelapan final dan Jerman versus Italia di perempat final Euro 2016. Sesama tim unggulan telah saling berhadapan jauh sebelum laga final berlangsung. 


Manuel Neuer mendapat sambutan rekan-rekannya seusai menundukkan Italia lewat adu penalti.
Jerman adalah penggenggam Piala Dunia 2014 yang selalu menjadi kandidat kampiun dalam setiap kejuaraan resmi antarnegara. Mengoleksi empat gelar juara dunia dan tiga trofi Eropa, Der Panzer layak disebut sebagai tim terbaik Eropa sepanjang masa. Sementara itu, Prancis adalah tim yang memiliki sejarah positif saban menjadi tuan rumah turnamen akbar. Les Blues berhasil meraih juara Piala Eropa 1984 dan Piala Dunia 1998 di depan publik sendiri. Kedua tim telah menunjukkan kepantasannya untuk melaju hingga empat besar. 

Tim besutan Joachim Loew memuncaki Grup D dengan hasil dua kali menang dan sekali imbang. Di babak 16 besar, Manuel Neuer dkk menundukkan Slovakia 3-0. Pada perempat final, Jerman secara dramatis menyingkirkan Italia lewat adu penalti (6-5), setelah bermain seri 1-1 selama 120 menit. Kemenangan tersebut menjadi sesuatu yang sangat bermakna karena berhasil memutus rekor buruk Der Panzer yang selama ini tansah kalah saban berjumpa Gli Azzuri di fase gugur kejuaraan resmi antarnegara.

Tim asuhan Didier Deschamps memimpin Grup A dengan hasil dua kali menang dan sekali imbang. Selanjutnya Hugo Lloris dkk mengalahkan Irlandia 2-1 di perdelapan final dan pesta gol 5-2 atas Islandia di babak 8 besar.  Prancis menjadi tim paling produktif sepanjang turnamen dengan 11 gol yang diciptakan ke gawang lawan. Antoine Griezmann memuncaki daftar top scorer sementara dengan koleksi empat gol, sedangkan Olivier Giroud dan Dimitri Payet sama-sama membuat tiga gol.


Olivier Giroud memborong dua gol ke gawang Islandia.
Laga Jerman melawan Prancis akan berlangsung ketat. Biarpun mesti kehilangan Mats Hummels (akumulasi kartu), Sami Khedira, dan Mario Gomez (cedera), anak asuh Joachim Loew masih memiliki materi pemain pengganti yang cukup mumpuni. Yang jelas, Thomas Mueller masih perlu membuktikan dirinya mampu membuat gol di Prancis. Bintang Jerman bernomor 13 ini sangat produktif di Piala Dunia, tapi selalu puasa gol di Piala Eropa. Tim tuan rumah bakal bermain dengan kekuatan terbaiknya. Trio penyerang Griezmann-Giroud-Payet semakin konsisten dalam mengoyak gawang lawan dan tentu berharap mampu menambah koleksi golnya. Dukungan maksimal dari publik sendiri menjadi kekuatan ekstra bagi anak asuh Didier Deschamps demi meraih kejayaan kembali di benua Eropa.

Duet Mantan Bintang MU Bawa Portugal ke Final Euro 2016

Ronaldo dan Nani menjadi aktor utama kemenangan 2-0 Portugal atas Wales.
Cristiano Ronaldo dan Luis Nani menjadi penentu kemenangan Portugal atas Wales dalam laga semifinal Piala Eropa 2016 yang berlangsung Rabu malam (6/7) waktu Prancis. Hasil pertandingan itu membawa Portugal lolos ke partai puncak Euro 2016 yang akan berlangsung Minggu mendatang (10/7) dan menjadi partai puncak Selecao di Eropa yang kedua setelah Euro 2004. Ronaldo lebih dahulu membawa Portugal unggul 1-0 lewat gol sundulannya di menit ke-50. Tiga menit kemudian, Nani membuat timnya menang 2-0 memanfaatkan umpan dari Ronaldo.

Ronaldo dan Nani pernah bermain bersama untuk Manchester United selama dua musim (2007-2009). Keduanya pernah bahu-membahu menjadi anak asuh Sir Alex Ferguson meraih sejumlah trofi bergengsi antaklub, seperti juara Liga Champion Eropa 2007/08 dan Liga Primer Inggris sebanyak dua kali (2007/08 dan 2008/09). Ronaldo memperkuat The Red Devils selama enam musim (2003- 2009), sementara Nani hampir delapan musim (2007-2015; Nani dipinjamkan ke Sporting CP pada musim 2014/15).

Ronaldo dan Nani sebagai pemain MU mengangkat trofi Liga Champion 2008.
Setelah hijrah ke Real Madrid pada musim 2009/10, prestasi Ronaldo kian mentereng. Dua gelar kampiun Liga Champion diraihnya bersama Los Blancos (2013/2014 dan 2015/16), demikian pula prestasi secara individual sebagai Pemain Terbaik Dunia (2013 dan 2014) dan sejumlah rekor sebagai raja gol. Nani sendiri meredup sinarnya sesudah meninggalkan United dan bermain untuk Sporting CP (2014/15) maupun Fenerbahce (2015/16). Tapi ketika bermain untuk negaranya, pemain yang identik dengan nomor 17 itu tetap menjadi andalan utama di lini depan bersama CR7. Hingga semifinal turnamen di Prancis, duet mantan bintang ManUtd itu masing-masing mengoleksi tiga gol dan berpeluang menjadi pencetak gol terbanyak turnamen. 

Final Piala Eropa 2016 menjadi pengalaman kali kedua bagi Ronaldo dan Nani tampil bersama di kejuaraan Eropa setelah final Liga Champion Eropa 2007/08. Jika bersama klub Manchester United keduanya berhasil menjadi juara, maka bersama timnas Portugal pun mereka berharap mampu berjaya pula. Bagi Ronaldo, final Piala Eropa tahun ini adalah pengalaman keduanya bersama Selecao. Pada Piala Eropa 2004 yang berlangsung di Portugal, Ronaldo dkk mesti menelan pil pahit dikalahkan Yunani di partai puncak di depan publik sendiri. Menjadi satu-satunya pemain inti yang tersisa dari final Euro 2004 (sementara Ricardo Carvalho kini hanya pemain cadangan), sebagai kapten timnas, dan sederet prestasi gemilangnya bersama MU dan Real Madrid, CR7 pasti sangat ambisius menjadi juara bersama negaranya. Inilah kesempatan terbaik baginya, apalagi usianya telah 31 tahun kini.


CR7 dan Gareth Bale berbincang akrab seusai semifinal Euro 2016.
Perjumpaan Portugal dan Wales di empat besar Euro 2016 menjadi kesempatan dua bintang Real Madrid -Cristiano Ronaldo dan Gareth Bale- untuk menunjukkan siapa yang lebih baik ketika membela negaranya. Mereka berdua sudah saling mendukung membawa Los Blancos menjadi pemenang Liga Champion Eropa 2015/16 akhir Mei lalu. Bersama timnas masing-masing, CR7 membuktikan dirinya mampu melangkah lebih jauh ketimbang rekan seklubnya. Namun seusai pertandingan, Cristiano terlihat berbincang akrab dengan Gareth, membesarkan hati sang teman serta memberi ucapan selamat bagi Wales sebagai tim debutan dengan prestasi paling tinggi di Prancis.

Portugal dan Wales sebenarnya memiliki seragam utama (kostum kandang) yang sama-sama berwarna merah. Namun ketika mereka bertemu di semifinal, kedua tim justru memakai kostum tandangnya. Portugal, yang untuk ketiga kalinya mengenakan jersey warna hijau, justru pertama kalinya meraih kemenangan dalam 90 menit dan melanjutkan rekor belum pernah kalah di Piala Eropa 2016. Sementara Wales senantiasa mengalami kekalahan saat menggunakan jersey warna gelap. Sebelum ditaklukkan Portugal, Bale dkk kalah 1-2 dari Inggris dalam laga kedua Grup B. Kostum kedua ternyata tidak membawa keberuntungan bagi The Dragons.

Sabtu, 02 Juli 2016

Kemenangan Tim Merah di 8 Besar Piala Eropa 2016

Dalam dua laga perempat final Piala Eropa 2016 yang telah berlangsung, Portugal dan Wales masing-masing berhasil menundukkan Polandia dan Belgia. Kedua tim yang warna seragam utamanya berwarna merah tersebut bakal berjumpa di semifinal. Portugal menyingkirkan Polandia lewat adu penalti dengan skor 5-3, setelah bermain imbang 1-1 selama 90 menit plus masa ekstra 2x15 menit. Robert Lewandowski lebih dahulu membuat gol untuk Polandia, namun gol Renato Sanches membawa Portugal mengimbangi lawannya. Renato mencatat rekor sebagai pemain termuda yang menjadi starter bagi Selecao di turnamen besar (melampaui rekor Cristiano Ronaldo) dan pencetak gol termuda di fase gugur Piala Eropa. Pemuda 18 tahun berambut gimbal itu mampu diandalkan pelatih Fernando Santos selagi para pemain senior seperti Ronaldo dan Nani kurang bersinar di perempat final. Membawa timnya hingga semifinal, Renato pun berpeluang menjadi pemain muda terbaik Euro 2016.

Renato Sanches, bintang muda andalan Portugal di Euro 2016.
Sementara pada perempat final selanjutnya, Wales mampu membuat Belgia bertekuk lutut. Radja Nainggolan lebih dulu membawa tim asuhan Marc Wilmots unggul, tapi tim asuhan Chris Coleman sukses membalikkan keadaan lewat gol Ashley Williams, Hal Robson-Kanu, dan Sam Vokes. Yang menarik, gol ketiga dibuat oleh Vokes yang turun sebagai pengganti Robson-Kanu, sang pencetak gol kedua. Kemenangan Wales 3-1 atas Belgia menjadi kejutan tersendiri, mengingat status The Dragons sebagai tim debutan, sedangkan De Rode Duivels merupakan tim nomor satu Eropa dalam peringkat FIFA dan UEFA sebelum turnamen berlangsung. Jika melihat materi pemainnya, di atas kertas Eden Hazard dkk pun lebih baik ketimbang Gareth Bale dkk. Pada babak 16 besar, hasil yang diraih Belgia juga lebih meyakinkan daripada Wales. Tapi kostum kedua yang untuk ketiga kalinya dikenakan Eden Hazard dkk tak lagi membawa keberuntungan sebagaimana dua pertandingan sebelumnya. Justru Wales yang tampil dengan seragam merah-putih yang berjaya dan lolos ke empat besar Piala Eropa 2016. Sebuah rekor membanggakan bagi sebuah tim debutan.


Hal Robson-Kanu merayakan gol indahnya ke gawang  Belgia.