Indonesia telah tiba di partai puncak Piala AFF 2016, yang bernama resmi AFF Suzuki Cup 2016. Sebuah pencapaian yang di luar dugaan dan tentu hal yang layak disyukuri. Masih ada dua pertandingan lagi yang mesti dilewati untuk meraih gelar juara, yaitu menghadapi Thailand dalam final yang berlangsung dalam sistem kandang (14/12) dan tandang (17/12). Final pertama akan berlangsung pada Rabu (14/12) di Stadion Pakansari, Bogor. Tempat tersebut untuk kedua kalinya akan menjadi wahana timnas dalam melakoni pertandingan internasional, setelah sebelumnya Indonesia mengalahkan Vietnam 2-1 pada semifinal pertama Piala AFF 2016 yang berlangsung Sabtu (3/12).
Penggemar sepak bola di tanah air tentu mengerti bahwa di atas kertas Thailand memang lebih layak diunggulkan berjaya, baik ditinjau secara teknis maupun fakta pertemuan kedua tim. Thailand merupakan raja sepak bola Asia Tenggara yang belum tergantikan dan empat kali menjuarai Piala AFF (1996, 2000, 2002, dan 2014). Dua kali skuat Garuda ditaklukkan pasukan Gajah Perang di partai puncak turnamen tahun 2000 dan 2002, yang waktu itu kondang disebut dengan Piala Tiger. Namun, terdapat sejumlah fakta menarik yang bersifat nonteknis dan mungkin membuat kita bisa berpikir positif mengenai nasib tim Merah-Putih akhir tahun ini.
Tahun 2016 merupakan tahun kejayaan bagi tim-tim yang memiliki kostum utama berwarna merah dalam turnamen antarnegara. Cile menjadi juara Copa America Centenario 2016 di Amerika Serikat setelah menundukkan Argentina lewat adu penalti 4-2 (0-0) pada 26 Juni 2016. Sementara itu, Portugal menaklukkan tuan rumah Prancis 1-0 dalam final Euro 2016 pada 11 Juli 2016 dan menjadi trofi Piala Eropa pertama bagi negaranya Cristiano Ronaldo. Cile dan Portugal tidak hanya sama-sama mengenakan kostum merah, tapi sponsor kedua tim pun tak berbeda, yaitu Nike. Entah kebetulan atau bukan, lawan yang dikalahkan di final menggunakan kostum biru dan cenderung lebih diunggulkan.
Lionel Messi dkk lebih dijagokan menang karena setahun sebelumnya ditaklukkan Alexis Sanchez dkk di final Copa America 2015, sehingga lebih termotivasi untuk menghapus luka. Argentina pun sempat menang 2-1 atas Cile di babak penyisihan Copa America Centenario 2016. Kedua tim lolos ke babak perempat final sebagai juara dan runner-up Grup D, lantas bertemu lagi di pertandingan pamungkas turnamen. Ternyata Argentina mesti menelan pil pahit untuk ketiga kalinya setelah kalah di final Piala Dunia 2014 dan Copa America 2015. Messi bahkan sempat menyatakan diri pensiun dari timnas Argentina saking dalamnya duka yang dirasakannya, meski akhirnya dia bersedia kembali bermain di Kualifikasi Piala Dunia 2018 beberapa bulan kemudian.
Sebagai tuan rumah Euro 2016, tentu pantas Prancis mendapat peluang lebih besar memenangi turnamen. Apalagi sejarah manis pernah mencatat Le Bleus menjuarai Piala Eropa 1984 dan Piala Dunia 1998 ketika menjadi tuan rumah. Prancis juga pernah dua kali berjaya di Eropa setiap 16 tahun sekali (1984 dan 2000) dan tahun 2016 momentumnya telah tiba kembali. Perjalanan Antonie Griezmann dkk menuju final juga lebih mentereng ketimbang Cristiano Ronaldo dkk. Prancis menjadi juara Grup A dengan dua kali menang dan sekali imbang, sedangkan Portugal lolos ke fase knock-out sebagai peringkat ketiga Grup F, di bawah Hongaria dan Islandia. Tim asuhan Didier Deschamps mulus menyingirkan Irlandia (2-1), Islandia (5-2), dan Jerman (2-0) menuju final. Tim besutan Fernando Santos agak terseok-seok menundukkan Kroasia (1-0) dan Polandia (adu penalti 5-3), sebelum mengandaskan Wales (2-0) di semifinal. Portugal yang justru meraih trofi dengan menang 1-0 lewat perpanjangan waktu, kendati Ronaldo hanya bermain sebentar karena didera cedera.
Indonesia laksana memiliki benang merah untuk mengikuti jejak juara Cile dan Portugal. Uniknya, ketiga tim memiliki pemain bintang yang mengenakan nomor tujuh, yaitu : Alexis Sanchez (Cile), Cristiano Ronaldo (Portugal), dan Boaz Solossa (Indonesia). Ronaldo dan Boaz juga menjadi kapten tim masing-masing, yang jelas memiliki kelebihan dibanding rekan-rekannya. Apakah kebetulan jika ketiga tim juga memiliki pemain nomor delapan yang berposisi gelandang dan sama-sama memelihara berewok? Lihat saja penampilan Arturo Vidal (Cile), Joao Moutinho (Portugal), dan Stefano Lilipaly (Indonesia).
Piala AFF 2016 diikuti oleh tiga tim yang disponsori oleh Nike, yaitu : Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Biasanya, menjelang tampil di Piala AFF tahun-tahun sebelumnya, Nike merilis seragam anyar tim yang didukungnya. Namun, anehnya tahun ini Indonesia tidak diberi kostum baru sebagaimana Malaysia dan Singapura. Konon, yang menjadi alasan adalah absennya Indonesia di ajang internasional akibat sanksi FIFA selama sekitar setahun, yang membuat Boaz Solossa dkk memakai kostum yang sama dengan saat mengikuti Piala AFF 2014. Ternyata kostum lawas malah membawa keberuntungan bagi Indonesia yang sukses melaju hingga partai puncak, sementara Malaysia dan Singapura justru terhenti langkahnya di penyisihan grup belaka. Barangkali Indonesia bisa pula mengikuti jejak Arsenal yang menjuarai Piala FA 2013/14 dengan kostum yang sama dengan musim 2012/13. Padahal lazimnya setiap musim klub-klub Eropa selalu mengganti desain kostumnya, tapi tidak dengan The Gunners kala itu karena musim 2013/14 adalah tahun terakhir kerja sama Arsenal dan Nike, sebelum mereka disponsori Puma sejak 2014/15.
Fakta sejarah Piala AFF mencatat Vietnam (2008) dan Malaysia (2010) pernah menjadi juara Piala AFF dengan menundukkan tim yang mengalahkannya di pertandingan pertama turnamen. Vietnam kalah 0-2 dari Thailand di laga pembuka Grup B dan berbalik menang agregat 3-2 (2-1 dan 1-1) di final Piala AFF 2008. Sementara itu, Malaysia dilibas Indonesia 1-5 di awal penyisihan Grup A dan unggul agregat 4-2 (3-0 dan 2-1) di final Piala AFF 2010. Mudah-mudahan Indonesia bisa mengulangi sejarah Vietnam dan Malaysia, sekaligus membuat Thailand kembali menelan pil pahit seperti tahun 2008 dan menyembuhkan luka Indonesia di tahun 2010. Boaz Solossa dkk kalah 2-4 dari Teerasil Dangda dkk pada laga pertama Piala AFF 2016. Semoga tim Merah-Putih akhirnya mendapatkan Piala AFF pertamanya tahun ini agar membawa kesejukan dan kegembiraan bersama bagi seluruh bangsa Indonesia, yang akhir-akhir ini seperti terlalu sibuk berselisih paham dalam masalah apa saja.
Penggemar sepak bola di tanah air tentu mengerti bahwa di atas kertas Thailand memang lebih layak diunggulkan berjaya, baik ditinjau secara teknis maupun fakta pertemuan kedua tim. Thailand merupakan raja sepak bola Asia Tenggara yang belum tergantikan dan empat kali menjuarai Piala AFF (1996, 2000, 2002, dan 2014). Dua kali skuat Garuda ditaklukkan pasukan Gajah Perang di partai puncak turnamen tahun 2000 dan 2002, yang waktu itu kondang disebut dengan Piala Tiger. Namun, terdapat sejumlah fakta menarik yang bersifat nonteknis dan mungkin membuat kita bisa berpikir positif mengenai nasib tim Merah-Putih akhir tahun ini.
Tahun 2016 merupakan tahun kejayaan bagi tim-tim yang memiliki kostum utama berwarna merah dalam turnamen antarnegara. Cile menjadi juara Copa America Centenario 2016 di Amerika Serikat setelah menundukkan Argentina lewat adu penalti 4-2 (0-0) pada 26 Juni 2016. Sementara itu, Portugal menaklukkan tuan rumah Prancis 1-0 dalam final Euro 2016 pada 11 Juli 2016 dan menjadi trofi Piala Eropa pertama bagi negaranya Cristiano Ronaldo. Cile dan Portugal tidak hanya sama-sama mengenakan kostum merah, tapi sponsor kedua tim pun tak berbeda, yaitu Nike. Entah kebetulan atau bukan, lawan yang dikalahkan di final menggunakan kostum biru dan cenderung lebih diunggulkan.
Lionel Messi dkk lebih dijagokan menang karena setahun sebelumnya ditaklukkan Alexis Sanchez dkk di final Copa America 2015, sehingga lebih termotivasi untuk menghapus luka. Argentina pun sempat menang 2-1 atas Cile di babak penyisihan Copa America Centenario 2016. Kedua tim lolos ke babak perempat final sebagai juara dan runner-up Grup D, lantas bertemu lagi di pertandingan pamungkas turnamen. Ternyata Argentina mesti menelan pil pahit untuk ketiga kalinya setelah kalah di final Piala Dunia 2014 dan Copa America 2015. Messi bahkan sempat menyatakan diri pensiun dari timnas Argentina saking dalamnya duka yang dirasakannya, meski akhirnya dia bersedia kembali bermain di Kualifikasi Piala Dunia 2018 beberapa bulan kemudian.
Sebagai tuan rumah Euro 2016, tentu pantas Prancis mendapat peluang lebih besar memenangi turnamen. Apalagi sejarah manis pernah mencatat Le Bleus menjuarai Piala Eropa 1984 dan Piala Dunia 1998 ketika menjadi tuan rumah. Prancis juga pernah dua kali berjaya di Eropa setiap 16 tahun sekali (1984 dan 2000) dan tahun 2016 momentumnya telah tiba kembali. Perjalanan Antonie Griezmann dkk menuju final juga lebih mentereng ketimbang Cristiano Ronaldo dkk. Prancis menjadi juara Grup A dengan dua kali menang dan sekali imbang, sedangkan Portugal lolos ke fase knock-out sebagai peringkat ketiga Grup F, di bawah Hongaria dan Islandia. Tim asuhan Didier Deschamps mulus menyingirkan Irlandia (2-1), Islandia (5-2), dan Jerman (2-0) menuju final. Tim besutan Fernando Santos agak terseok-seok menundukkan Kroasia (1-0) dan Polandia (adu penalti 5-3), sebelum mengandaskan Wales (2-0) di semifinal. Portugal yang justru meraih trofi dengan menang 1-0 lewat perpanjangan waktu, kendati Ronaldo hanya bermain sebentar karena didera cedera.
Indonesia laksana memiliki benang merah untuk mengikuti jejak juara Cile dan Portugal. Uniknya, ketiga tim memiliki pemain bintang yang mengenakan nomor tujuh, yaitu : Alexis Sanchez (Cile), Cristiano Ronaldo (Portugal), dan Boaz Solossa (Indonesia). Ronaldo dan Boaz juga menjadi kapten tim masing-masing, yang jelas memiliki kelebihan dibanding rekan-rekannya. Apakah kebetulan jika ketiga tim juga memiliki pemain nomor delapan yang berposisi gelandang dan sama-sama memelihara berewok? Lihat saja penampilan Arturo Vidal (Cile), Joao Moutinho (Portugal), dan Stefano Lilipaly (Indonesia).
Piala AFF 2016 diikuti oleh tiga tim yang disponsori oleh Nike, yaitu : Indonesia, Malaysia, dan Singapura. Biasanya, menjelang tampil di Piala AFF tahun-tahun sebelumnya, Nike merilis seragam anyar tim yang didukungnya. Namun, anehnya tahun ini Indonesia tidak diberi kostum baru sebagaimana Malaysia dan Singapura. Konon, yang menjadi alasan adalah absennya Indonesia di ajang internasional akibat sanksi FIFA selama sekitar setahun, yang membuat Boaz Solossa dkk memakai kostum yang sama dengan saat mengikuti Piala AFF 2014. Ternyata kostum lawas malah membawa keberuntungan bagi Indonesia yang sukses melaju hingga partai puncak, sementara Malaysia dan Singapura justru terhenti langkahnya di penyisihan grup belaka. Barangkali Indonesia bisa pula mengikuti jejak Arsenal yang menjuarai Piala FA 2013/14 dengan kostum yang sama dengan musim 2012/13. Padahal lazimnya setiap musim klub-klub Eropa selalu mengganti desain kostumnya, tapi tidak dengan The Gunners kala itu karena musim 2013/14 adalah tahun terakhir kerja sama Arsenal dan Nike, sebelum mereka disponsori Puma sejak 2014/15.
Fakta sejarah Piala AFF mencatat Vietnam (2008) dan Malaysia (2010) pernah menjadi juara Piala AFF dengan menundukkan tim yang mengalahkannya di pertandingan pertama turnamen. Vietnam kalah 0-2 dari Thailand di laga pembuka Grup B dan berbalik menang agregat 3-2 (2-1 dan 1-1) di final Piala AFF 2008. Sementara itu, Malaysia dilibas Indonesia 1-5 di awal penyisihan Grup A dan unggul agregat 4-2 (3-0 dan 2-1) di final Piala AFF 2010. Mudah-mudahan Indonesia bisa mengulangi sejarah Vietnam dan Malaysia, sekaligus membuat Thailand kembali menelan pil pahit seperti tahun 2008 dan menyembuhkan luka Indonesia di tahun 2010. Boaz Solossa dkk kalah 2-4 dari Teerasil Dangda dkk pada laga pertama Piala AFF 2016. Semoga tim Merah-Putih akhirnya mendapatkan Piala AFF pertamanya tahun ini agar membawa kesejukan dan kegembiraan bersama bagi seluruh bangsa Indonesia, yang akhir-akhir ini seperti terlalu sibuk berselisih paham dalam masalah apa saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar