Portugal dan Prancis akhirnya menjadi dua tim terakhir yang berhak memperebutkan trofi lambang kejayaan sepak bola antarnegara Eropa dalam final Piala Eropa 2016, yang berlangsung di Stade de France Saint-Denis pada Minggu malam (10/7) waktu Prancis. Kedua tim lolos ke partai puncak dengan skor kemenangan identik di semifinal. Jika Portugal menundukkan Wales 2-0 melalui gol Cristiano Ronaldo dan Nani, maka Prancis mengandaskan juara dunia Jerman 2-0 lewat sepasang gol Antoine Griezmann. Para pencetak gol pun memiliki benang merah tersendiri berupa angka. Jika Ronaldo dan Griezmann merupakan pemain nomor 7 (tujuh), maka Nani adalah pemain nomor 17. Lantas ketika Ronaldo dan Nani sama-sama mengoleksi tiga gol hingga semifinal, maka Griezmann telah membuat total enam gol (sama dengan gol Ronaldo dan Nani yang dijumlahkan) sebelum final berlangsung. Peluang Griezmann sebagai pencetak gol terbanyak Euro 2016 sudah di depan mata. Para pemain lain yang masih berpeluang menambah golnya di final baru mengumpulkan tiga gol, yaitu Ronaldo, Nani, Olivier Giroud, dan Dimitri Payet.
Lolosnya Portugal ke laga pamungkas terbilang mengejutkan. Kendati dikapteni oleh CR7, tapi kualitas tim berseragam merah marun itu secara umum dipandang masih di bawah Prancis, Jerman, Spanyol, Italia, Belgia, atau bahkan Inggris. Tim asuhan Fernando Santos lolos dari Grup F dengan tidak meyakinkan, menduduki peringkat ketiga dari hasil tiga kali imbang melawan Islandia, Austria, dan Hongaria. Menang 1-0 atas Kroasia di 16 besar, mengalahkan Polandia via adu penalti di 8 besar, hingga menyingkirkan Wales 2-0 di semifinal, tetap menempatkan Portugal sebagai tim yang tidak diunggulkan menjadi kampiun. Tapi jika melihat sejarah Piala Eropa, terdapat siklus 12 tahun sekali, gelar juara akan diraih oleh tim yang tidak diperhitungkan. Setelah Denmark menjadi juara Euro 1992, maka 12 tahun kemudian giliran Yunani berjaya di Euro 2004. Denmark yang hadir di turnamen menggantikan Yugoslavia -yang mendapat sanksi internasional karena perang- justru berhasil mengalahkan Jerman Barat, yang merupakan juara Piala Dunia 1990. Sementara itu Yunani membuat Portugal, tim tuan rumah yang bergelimang bintang, takluk di depan publik sendiri. Portugal yang kalah di final Euro 2004 mencoba membalikkan takdirnya dengan mengalahkan tuan rumah Euro 2016, tepat ketika 12 tahun telah berlalu kini.
Prancis sejak semula menjadi kandidat juara, mengingat statusnya sebagai tuan rumah dan sejarah indah meraih Piala Eropa 1984 dan Piala Dunia 1998 di depan publik sendiri. Tim asuhan Didier Deschamps memiliki materi pemain yang sangat mumpuni di semua sektor, meski sejumlah bintangnya -seperti Karim Benzema dan Raphael Varane- absen. Perjalanan Hugo Lloris dkk hingga partai puncak pun mengundang banyak pujian. Menjadi juara Grup A, Prancis lalu menaklukkan Irlandia 2-1 di 16 perdelapan final, membantai Islandia 5-2 di perempat final, sampai akhirnya membuat Jerman bertekuk lutut di semifinal. Les Bleus merupakan tim terproduktif turnamen dengan 13 gol. Striker utama Prancis, Griezmann, menjadi pemain tertajam di Euro 2016 hingga empat besar. Yang menarik, tim tuan rumah juga memiliki siklus 16 tahun sekali menjadi juara Piala Eropa. Sesudah berjaya di Euro 1984, Prancis meraih gelar juara Euro 2000. Waktu itu Prancis berstatus sebagai juara Piala Dunia 1998 dan dipimpin oleh kapten Didier Deschamps, pelatih Les Bleus saat ini.
Pada Mei silam, Ronaldo dan Pepe telah berjumpa dengan Griezmann di final Liga Champion 2016 di San Siro Milan. Real Madrid yang diperkuat duo Portugal berhasil mengandaskan Atletico Madrid yang diperkuat sang striker Prancis. Ronaldo dan Pepe tentu berharap bisa meraih gelar selanjutnya bersama Portugal, sementara Griezmann tentu tak ingin kalah lagi di partai puncak ketika membela Prancis.
Ada sebuah benang merah yang menghubungkan finalis Euro 2016, yang bisa jadi tidak terlalu diperhatikan orang. Portugal dan Prancis sama-sama mengenakan kostum yang disponsori oleh Nike. Bahkan motif seragam kedua tim pun identik dan dibedakan warna belaka. Di semifinal, Portugal dan Prancis mengalahkan Wales dan Jerman, yang kebetulan keduanya disponsori oleh Adidas. Tampilnya dua tim berseragam sama di laga pamungkas Piala Eropa 2016 memastikan siapa pun sang jawara, tim tersebut pasti memakai merek Nike. Sejarah baru telah tercipta karena selama ini belum pernah ada tim Nike menjadi kampiun Piala Eropa dan dominasi Adidas di Eropa pun sementara terhenti di Prancis. Dalam lima kejuaraan terakhir, tim Adidas senantiasa berjaya. Mereka adalah Jerman (1996), Prancis (2000), Yunani (2004), dan Spanyol (2008 dan 2012). Bahkan sebelum trofi digenggam Denmark (1992), setidaknya Belanda (1988), Prancis (1984), dan Jerman Barat (1980 dan 1972) pun berseragam Adidas. Kemenangan Portugal atau Prancis di final Euro 2016 akan melengkapi keberhasilan tim Nike lainnya -Chile- yang Juni lalu menjuarai Copa America Centenario 2016 di Amerika Serikat. Chile sejak awal 2016 disponsori oleh Nike, sementara sebelumnya disponsori oleh Puma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar