Rabu, 16 Maret 2016

Harapan untuk Zidane

Zinedine Zidane, pemain-pemain Madrid respek padanya.
Segala impian Rafael Benitez untuk membawa Real Madrid meraih kejayaan pupus sudah. Setelah merantau di Inggris dan Italia dan pulang kampung pada pertengahan 2016, pelatih kelahiran ibukota Spanyol itu ternyata hanya diberi kesempatan tujuh bulan menangani klub yang menjadi bagian dari kariernya sebagai insan sepak bola. Benitez tercatat pernah menjadi pemain dan pelatih tim junior Los Blancos. Hasil imbang 2-2 antara Madrid dan Valencia (3-1-2016) menjadi momentum pemecatan pelatih yang pernah dua kali menjuarai La Liga bersama Valencia tersebut. Kekalahan telak 0-4 Cristiano Ronaldo dkk dari Barcelona dalam “el clasico” (8-11-2015) konon menjadi salah satu alasan pemecatan. Padahal debut Mourinho dalam “el clasico” pada musim 2010/11 Madrid pun kalah 0-5. 

Sejak awal manajemen Los Merengues mengambil sejumlah langkah yang kurang tepat dalam menyambut musim 2015/16. Pertama adalah pemecatan Carlo Ancelotti, pelatih yang berjasa mempersembahkan trofi Liga Champion ke-10 alias “la decima” dan tiga gelar lainnya dalam dua musim. Padahal lelaki Italia yang berpembawaan tenang itu sangat dihormati para pemain, selalu membawa aura positif dalam tim, dan juga menjadi kesayangan pendukung Los Blancos. Kedua adalah dilepasnya Iker Casillas, sang legenda hidup klub, dengan tanpa respek yang selayaknya. Casillas, yang begitu mencintai Madrid dan tak pernah ingin pergi dari Santiago Bernabeu, “terpaksa” hijrah ke FC Porto (Portugal). Sejarah mencatat bahwa bukan sekali ini Madrid menyia-nyiakan sejumlah figur yang pernah berjasa pada klub. Pelatih Vicente del Bosque diputus kontraknya setelah membawa Madrid meraih banyak piala. Demikian pula para pemain jebolan tim junior yang sangat setia pada Los Merengues dan -sebagaimana Casillas- berstatus sebagai kapten Madrid : Fernando Hierro dan Raul Gonzales. Sehabis itu Madrid seperti mendapat karma ketika rencana menghadirkan David de Gea gagal di saat-saat terakhir transfer musim panas silam. Lalu Madrid dicoret dari Copa del Rey 2015/16 karena menurunkan Denis Cheryshev, pemain yang sebenarnya sedang menjalani masa hukuman.

Tidak adil sebenarnya menyatakan Benitez telah gagal karena musim 2015/16 baru separuh jalan. Madrid mampu lolos tanpa kalah ke 16 Besar Liga Champion sebagai juara Grup A dan hingga pekan ke-18 masih berada di urutan ke-3 klasemen Liga Primera. Ancelotti pun menyesalkan pemecatan Benitez dan mengecam Florentino Perez, sang presiden klub, yang masih saja selalu bersikap tidak elegan pada para pelatih. Zinedine Zidane yang menggantikan Benitez merupakan pelatih kelima Los Merengues sejak tahun 2009. Namun harus diakui pula bahwa Benitez tidak mampu membangun harmoni di ruang ganti, sejumlah pemain bintang seperti Cristiano Ronaldo sering menunjukkan ketidaksukaannya pada sang manajer. Gaya permainan Los Galacticos pun dikritik tidak mengesankan, meski sebenarnya beberapa kali mampu menang telak, termasuk kemenangan 10-2 atas Rayo Vallecano (13-12-2015) yang menjadi sebuah rekor tersendiri. Benitez seakan tidak dinaungi nasib baik ketika berada di kampungnya sendiri.


Gol spektakuler Zizou yang membawa Madrid juara Liga Champion 2001/02.
Zinedine Zidane sebagai manajer anyar Madrid sejak 4 Januari 2016  membawa harapan baru karena prestasi gemilangnya sebagai pemain. Lelaki Prancis itu merupakan pemain dengan prestasi yang sangat lengkap, di antaranya menjadi juara Piala Dunia dan Piala Eropa bersama Prancis, meraih Liga Champion bersama Madrid, dan menjadi Pemain Terbaik Dunia. Zizou pun pernah menjadi asisten pelatih Los Blancos dan pelatih kepala Madrid Castilla. Hal itu membuatnya mendapat respek dari bintang-bintang Los Galacticos. Debut Zidane sebagai arsitek Madrid mendapat hasil cemerlang. Gareth Bale dkk menang 5-0 atas Deportivo La Coruna (10/1). Pada laga kedua pun tim besutan Zidane menang 5-1 atas Sporting Gijon (17/1). Tentu asa membuncah dari Madridista bahwa Madrid akan kembali berjaya di era Zizou. Namun apa pun hasilnya akhir musim nanti, semoga Perez masih memberi kesempatan pada sang pelatih baru untuk mencurahkan segala kemampuannya musim depan. Menjadi juara tetap perlu sebuah nasib baik, bagi tim sekelas Real Madrid sekalipun.   

# dimuat di BolaVaganza No.173 - Maret 2016.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar